Kamis, 16 Desember 2010

Secangkir teh manis dan pisang goreng di sore nan cerah

Baru saja kutuangkan air panas dalam secangkir gelas kecil perlahan-lahan tampak asap kecil membumbung ke atas dan hilang ditelan udara, masih kurasakan hangatnya cangkir kecil itu ketika kumasukan daun teh kering dalam kemasan dan gula pasir secukupnya…perlahan-lahan kuaduk hingga menimbulkan riak kecil dalam air teh tersebut, rasanya sudah bisa kunikmati ini gumanku dalam hati. Disamping meja sudah ada satu piring pisang goreng buatan ibu…kuangkat saja dan kubawa ke beranda depan rumah untuk kunikmati bersama sore nan cerah, rasanya tak ada kenikmatan yang diberikan Tuhan dari pada bersyukur menikmati penghujung hari bersama secangkir teh manis dan suguhan sepiring pisang goreng buatan ibu walaupun sederhana, tangan-tangan ibu yang penuh kasih sayang adalah bukti nyata kasih sayang Tuhan pada hambanya Dia berikan pada hambanya jiwa-jiwa penuh kasih sayang, cahayanya yang melingkupi arsy dan segala isinya mampu membuat jagat raya dan seisinya terang. Teh manis yang masih panas perlahan kunikmati tampak kulihat asap kecil membesar dan menghilang sebentar bersama udara yang menerpanya. Hemmm rasanya manis, sambil duduk di bibir teras rumah kulihat anak kecil yang bermain-main riang bersama teman-teman sebayanya, bermain bersama dengan sepeda kecilnya tanpa beban.

Sesekali kulihat mereka berlari-lari sambil tertawa lepas, dengan lugunya mereka bicara lepas tanpa retorika, tanpa kepalsuan dan kepura-puraan tidak seperti orang dewasa yang bicaranya harus diatur dibuat sedemkian rupa supaya menarik, inikah kejujuran sejati? Kejujuran dan kebijaksanaan yang dibuat oleh seorang anak kecil yang bicara saja masih belum lancar, sebuah pertanyaan yang harus kita jawab di benak kita masing-masing, sebagai orang yang mengaku dewasa, mengaku beragama, mengaku sudah mengenal kehidupan lebih lama. Mungkin kita harus belajar pada anak kecil yang spontan dalam melakukan sesuatu.
Satu tegukan teh manis kunikmati...kulihat sebentar hampir habis isi cangkir itu sambil kuambil satu buah pisang goreng, manis dan gurih gumanku..bagaimana kalo aku berbagi dengan anak-anak itu, pasti mereka senang. Kupanggil mereka, dengan riangnya seakan mereka sudah tau mau diberi apa, berlari menghampiri aku. Satu persatu kuberi pisang goreng malah mereka berebutan tapi tak apalah melihat mereka gembira rasanya itu sudah cukup bagi aku, jadinya tersenyum juga melihat polah tingkah mereka...yang tanpa beban bermain kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar